Film KMGP Ketika Mas Gagah Pergi Yang Bikin “Kesal”, Sebuah Review - Suara Medan | Info Medan Terkini

Film KMGP Ketika Mas Gagah Pergi Yang Bikin “Kesal”, Sebuah Review

Film KMGP Ketika Mas Gagah Pergi Yang Bikin “Kesal”, Sebuah Review
SUARAMEDAN.com -Kemarin saya nonton film Ketika Mas Gagah Pergi bersama istri tersayang. Yah, walau awalnya ogah-ogahan berhubung kerjaan numpuk. Saya ikut saja. Kata istri, “mas harus refreshing” dulu. Ya sudah.

Nah kali ini saya ingin buat review sedikit sebagai… penikmat film saja deh. Soalnya kalau sebagai pengamat film, nggak jago banget, apalagi sebagai praktisi, nggak mungkin deh. Dibilang sering, nggak juga, dibilang jarang nggak juga saya nonton film. Cuma memang ya nonton film itu salah satu hobi yang bisa bikin kondisi tadinya ngantuk, tiba-tiba jadi hilang ngantuknya, mirip efek kopi gitu lah.

SISI TEKNIS

Ok, masuk ke film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP). Buat saya ini film agak beda. Beda dari film-film Islami sebelumnya atau bahkan dari film Indonesia lainnya. Secara teknis kelihatan banget ini film diolah profesional. Walau jangan bandingin sama film hollywood seperti Transformer yang satu baut jatuh aja sampai kedengeran.

Pengambilan gambarnya buat saya keren, sudah banyak inovasi, nggak monoton. Sangat sedikit pengembilan gambar 1 view lebih dari 10 detik. Jadi kesannya tek… tek… tek… Bener-bener keren. Sementara sebagian film lainnya, kadang lebih mirip sinetron yang “disetel di bioskop”. Cuma modal beberapa artis terkenal, tema humor berlebihan, sampai tema nyentrik “cinta”.

Sampai sekarang film favorit luar negeri saya masih Spiderman 2 dan Band of Brothers (BB). Spiderman 2 itu kayanya keren bener, memadukan teknik yang keren, alur cerita yang smooth banget dan sama teknologi tinggi. BB juga begitu. Banyak adegan di BB yang masih terngiang diingatan seperti pada seri terakhir saat Kapten Sobel nggak mau hormat sama Mayor Winter dan ekspresi Kapten Nixon hanya mengernyitkan alis mata sedikit. Sangat beda dengan sinetron yang jreng… jreng … jreng… Shoot deket, shoot jauh, shoo deket, shoot jauh. ngernyitin mata berlebihan kaya abis dicocol sambel.

Dan percaya apa nggak, nuansa yang saya dapet di 2 film favorit tadi ada di KMGP ini kemarin… Mungkin kalau ada adegan helicopter jatuh (dan bener-bener diperlihatkan detilnya), atau ada mobil tabrakan dan detilnya diperlihatkan, bisa hampir mirip. Tapi ya sekali lagi jangan disamain lah sama Hollywood yang modalnya saja kadang bisa 1 triliyun untuk 1 film.

Untuk ukuran film Indonesia, apalagi film Islami (yang kadang dinomorduakan), film KMGP ini secara teknis sudah saya acungi jempol. Saya menebak, ditengah keterbatasan modal buat bikin fim ini. Semua kru, produser, sutradara hingga penulis scenario bekerja keras “mengakali” sehingga film ini tetap terlihat modern dan kekinian.

Beberapa kali juga ada variasi pengambilan gambar dari udara, menambah keren film ini. Sebuah inovasi yang jarang dipikirkan para pembuat film dengan genre “drama”. Kayanya lumayan mahal juga itu untuk scene itu. Itu dari sisi pengambilan gambar. Kalau dari sisi music pengiring, buat saya sudah sangat halus. Pas masuknya, pas musiknya. Sekali lagi nggak kaya sinetron yang semua adegan ada iringan musiknya, dan nggak nyambung, dan bikin “cape lihatnya”.

Walau mungkin nggak apple to apple, tapi pas nonton KMGP kemarin, jadi teringat Spiderman 2 tadi yang memang sangat smooth iringan musiknya. Saya nggak tahu sih untuk music, KMGP sampai pakai orchestra tertentu apa nggak, tapi yang ini juga sudah bagus.

Paling kalau ada kritik, saya Cuma ada 4, nggak banyak kok hehehe (banyak ya?). Pertama, saat adegan anak-anak di awal mungkin masih agak kaku. Yah memang mungkin agak sulit cari talent anak-anak yang jago acting. Kedua, Saat di ruang rias, kelihatan banget sebuah produk sponsor di zoom. Padahal tanpa di zoom, sudah kelihatan jelas kok. Tapi sekali lagi saya maklum, buat film butuh biaya besar, dan sponsor dibutuhkan. Mungkin ini sudah kompromi paling bagus dengan pihak sponsor.

Ketiga, saat ending film, mungkin “diberi batas” dengan trailer film KMGP 2. Jadi penonton tahu bahwa film ini sudah habis. Mungkin bisa dikasih jeda tulisan atau apa deh. Keempat, pas adegan berantem lawan 3 preman, kalau adegan berantemnya ada, bisa lebih cool. Apalagi kalau teknisnya dieksploitasi. Makin maknyuss, walau memang untuk ini pasti butuh persiapan lebih. Minimal si pemeran utama dan si preman harus sama-sama bisa beladiri, atau pakai stuntman.

Secara teknis keseluruhan, buat saya film ini sudah “melompati” harapan. Tadinya saya pikir bakal lihat “sinetron yang dibioskopkan”, Alhamdulillah tidak terjadi. Kalau saya analogikan dengan profesi saya sebagai desainer grafis, film ini adalah karya desain yang dibuat oleh desainer profesional, bukan oleh tukang setting di percetakan. Di dunia desain, kita bisa melihat kok bedanya sebuah karya desain yang dibuat seorang desainer profesional dan desain yang dibuat oleh orang yang mengaku “desainer” tapi sebenarnya Cuma bisa program desain doing. Desainer yang baik itu pasti punya 2 : sense of art dan ilmu komunikasi visual.

Dan buat saya KMGP itu seperti layaknya karya desain profesional kalau dianalogikan di profesi kami. Saya kasih acungan jempol deh.

SISI KONTEN

Tadi dari sisi teknis. Sekarang dari sisi konten. Dulu ada sutradara terkenal (saya lupa namanya), yang bilang kalau film-film susah laku di Indonesia kalau tidak mengusung tema 5 huruf : cinta ! Ya, katanya banyak film Indonesia yang laku di luar negeri tapi tidak di negeri sendiri, karena tidak mengangkat tema cinta.

Film KMGP ini rada-rada berani juga, nggak ada tema cintanya, berani launch di Indonesia. Dan buat saya itu keren. Tema cinta itu sering membuat mellow banyak orang, dan karenanya laku, walau pun kualitasnya jelek. Bisa jadi tantangan ini yang dirasakan para pembuat KMGP ini sehingga harus bekerja ekstra, untuk bisa mempersembahkan karya terbaik walau dari sisi konten, bukan tema utama yang populer. Bisa jadi keunggulan sisi teknis di atas dijadikan senjata untuk memikat penonton tersebut. Tapi memang masyarakat Indonesia pelan-pelan harus diedukasi bahwa film bagus itu nggak melulu soal cinta atau humor atau horror bahkan… Pelan-pelan perjuangan film-film seperti KMGP ini bisa mengangkat tingkat intelektualitas bangsa ini jika konsisten. Sebab bagaimana pun kualitas tontonan mempengaruhi juga kualitas intelektualitas penontonnya.

Saya appreciate atas keberanian seluruh kru KMGP dalam membidani film ini. Mencoba berbeda dari mainstream pragmatis dengan menjual kualitas. Sesuatu yang memang jujur agak sulit di tengah masyarakat yang masih pragmatis saat ini. Namun kami doakan dan kami dukung agar KMGP bisa menjadi salah satu pelopor film berkualitas di Indonesia. Amiiin.

Saya sangat merekomendasikan film ini ditonton oleh para “penikmat-penikmat film” seperti saya. Sayang bener kalau ada produk bagus nggak kita dukung. Btw, saran dari istri saya, KMGP 2 katanya kalau bisa launching pas ramadhan besok dan pas “tanggal muda”, biar momennya pas, dan lagi pada banyak duit hehehe (usulan terakhir ini bisa diabaikan kok).
Bikin Kesal

Namun dari semua review saya yang panjang kali lebar di atas dan kesannya muji-muji, sebenarnya film KMGP kemarin membuat saya kesal. Kesal kenapa? Lha saking bagusnya nggak terasa kok sudah hampir 2 jam aja kita nonton. Sempet protes sama istri sih, ini kok film sebentar banget? Tapi istri lalu menunjukkan data, bahwa kita sudah nonton hampir 2 jam. Dan benar ternyata saya yang salah hehehe. Mungkin saya terlalu “terbius” oleh alur, plot, cerita dan teknis film ini, sehingga 2 jam nggak terasa. Memang sudah waktu standar sebuah film ya. Coba nanti kalau 6 bulan lagi hak siarnya dibeli televisi, plus iklan ini – itu sudah 2,5 jam kali di TV.

Cuma ya tetep aja bikin kesel, pengen lihat lagi nggak bisa, pengen langsung beli tiket KMGP 2-nya, filmnya belum ada di bioskop itu… (memang belum launch, hehehe). ya sudah lah.

Btw, salah satu karakter film bagus kalau buat saya, setelah nonton, kita masih aja diskusi soal itu. Nah kemarin sampai malam dan pagi tadi, masih saja saya diskusi sama istri soal film KMGP, berarti nih film bagus . Apalagi bisa buat saya nulis 3 halaman begini tanpa dibayar (padahal kalau copywriter, tarifnya bisa 3 jutaan nih nulis begini). Tapi ya memang begitu, konsumen yang puas itu seringkali bisa memberikan feed back tanpa dibayar hehehe.

Sukses terus ya KMGP.. warnai Indonesia dengan film-film berkualitas. Dan buat yang belum nonton. Nonton yukkk… kalau dibioskop deket rumah Anda sudah nggak ada KMGP, usahakan ajak warga satu RT demo bioskop itu supaya ditayangin lagi. Bilang aja kita satu RT mau nonton. Dijamin, pasti diputer lagi !!! Nggak percaya? Coba aja!

Sumber : [HTR] -> Bukan Helvy Tiana Rosa, tapi Hendro Tri Rachmadi

Penikmat Film (profesi baru)

Subscribe to receive free email updates:

loading...

0 Response to "Film KMGP Ketika Mas Gagah Pergi Yang Bikin “Kesal”, Sebuah Review"

Post a Comment