Salman Alfarisi : ‘New Normal’ Belum Tepat untuk Sumut
Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Utara H. Salman Alfarisi, Lc. MA menilai penerapan new normal tersebut cocoknya di daerah yang sudah mampu mengendalikan penyebaran virus COVID-19 dengan baik, bukan di daerah yang kasusnya terus naik.
"Kalau kita lihat data terbaru yang disajikan oleh GTPP Sumatera Utara
menunjukkan penambahan kasus covid-19 masih terus berlangsung. Jadi dikhawatirkan jika
diberlakukan new normal, maka akan terjadi lonjakan kasus lagi, bahkan bukan
tidak mungkin terjadi second wave kasus covid-19 di Sumut ini,” jelas Salman saat melakukan kunjungan kerja bersama
pansus covid-19 DPRD Sumatera Utara di Kota Pematang Siantar.
Salman menilai
biaya yang dibutuhkan jika dilakukan new normal seperti yang oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah akan jauh lebih besar. Hal tersebut terjadi
karena pemerintah harus menyediakan dana untuk pemenuhan kebutuhan protokol
kesehatan yang menjadi syarat utama pemberlakuan new normal tersebut.
"Jika pemerintah ingin menjalankan new normal, maka pemerintah harus memastikan masyarakat bisa
terlindungi dari virus corona ini. Salah satu contohnya adalah dari dunia
pendidikan, konsekuensi yang harus diambil oleh pemerintah jika ingin membuka
sekolah kembali adalah pemerintah harus menyiapkan ruang kelas baru minimal dua
kali lipat yang ada sekarang. Kenapa? Karena siswa yang masuk sekolah harus
menjaga physical distancing dengan siswa lain di kelasnya. Masalahnya ruang
kelas di sini hampir rata dipersiapkan untuk 40-50 orang dalam satu kelas,” terang
Salman.
Senada dengan Salman, peneliti Indekstat Indonesia Wasis Wiseso Pamungkas,
S.Pt berpendapat bahwa konsekuensi anggaran yang dibutuhkan oleh pemerintah
jika ingin menjalankan new normal akan sangat besar. Karena pemerintah harus
bertanggung jawab dalam menyiapkan sarana-dan fasilitas yang sesuai dengan
protokol kesehatan.
“Seharusnya
pemerintah sejak awal mengambil langkah yang tegas dalam penanganan covid-19
ini. Sehingga tidak timbul kebingungan baik di tingkat pemerintah daerah maupun
masyarakatnya akibat kebijakan-kebijakan yang sering berubah dan bertentangan
satu sama lain,” Imbuh Wasis.
Kunci permasalahan
utama yang terjadi dalam penanganan wabah covid-19 ini, menurut Wasis, terletak
pada tidak tegasnya pemerintah dalam menetapkan suatu kebijakan dan sering
terjadinya ego sektoral di tingkat kementerian. Hal ini menyebabkan penanganan
covid-19 di Indonesia menjadi semakin kompleks, rumit dan semakin lama.
loading...
0 Response to " Salman Alfarisi : ‘New Normal’ Belum Tepat untuk Sumut"
Post a Comment