Menang- Kalah Pilkada Sumut
Ketua PD JPRMI Kab. Padang Lawas
Setiap kontestasi pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Siapa yang menang dan siapa yang kalah, itu urusan Allah. Tugas para kontestan hanya berdoa dan berusaha. Selama doa sudah disampaikan ke Allah dan usaha sudah dilakukan maksimal semampunya, maka apapun hasilnya, tidak akan pernah ada perasaan merugi, mengeluh, mengumpat, menyalahkan, memfitnah dsb yang akan mengurangi nilai harga diri.
Kemenangan, bukanlah kemampuan mencapai sesuatu yang diinginkan tanpa menghiraukan norma, peraturan, dan adat yang berlaku. Kemenangan adalah ketika seluruh rangkaian proses kompetisi diikuti dengan kemampuan mengendalikan diri. Mengendalikan diri dari niat yang buruk, usaha curang, dan membanggakan diri dan menyombongkan hasil, dan merasa iri, dengki, benci, dan dendam.
Pilkada Sumut telah usai. Sumut sudah membuktikan kemampuannya dalam berdemokrasi, menjalankan amanah konstitusional NKRI. Memilih pemimpin melalui wadah Pilkada.
Pemimpin yang dihasilkan Pilkada ini akan mengembaan amanah dan tanggungjawab besar membawa Sumut semakin baik ke depan. Warga Sumut telah menitipkan amanah kepada pemimpin pilihannya yang akan diminta pula pertanggungjawabannya kelak. Atas dasar apa mereka menentukan pilihannya. Apakah karena harta, uang, tahta, atau karena intervensi dan intimidasi.
Kemenangan Eramas, Edy Rahmayadi & Musa Rajecksah di Pilkada Sumut semakin memperjelas siapa selanjutnya yang akan menakhodai Sumut 5 tahun ke depan. Tentu, Eramas boleh saja merasa lega dan puas atas kemenangannya. Sebab fakta quick qount sudah menunjukkan bahwa Eramas berada sekitar 18 % di atas Djoss, Djarot Saiful Hidayat & Sihar P. Sitorus. Namun, Eramas mesti mampu mengendalikan diri dari euforia dan foya-foya.
Kemenangan politik bukanlah kemenangan yang selayaknya dimaknai sebagai semata-mata kemenangan usaha manusia. Justeru, kemenangan peraihan kekuasaan itupun tidak akan pernah terlepas dari campur tangan Allah.
Sekuasanya manusia, maka Allah lebih Berkuasa. Tidak ada yang terjadi di dunia ini kecuali atas izin Allah. Kalau Allah berkehendak, kapan pun Allah bisa saja memberikan jabatan & kekuasaan kepada siapa pun. Sebaliknya, kalau Allah berkenan, Allah bisa cabut jabatan & kekuasaan dari seseorang lalu dia pindahkan kepada yang lain.
Jika manusia arogan dan otoriter, maka Allah lebih arogan dan otoriter. Jangankan jabatan dan kekayaan, nyawa pejabat sekalipun dalam waktu singkat dengan sangat mudahnya bagi Allah untuk menghilangkannya.
Kemenangan Pilkada biasanya dimaknai dengan dua hal, pertama sebagai nikmat, kedua sebagai musibah.
Nikmat disikapi dengan syukur. Yakni, menyadari dengan hati bahwa nikmat jabatan adalah pemberian Allah, mengucap Al-Hamdulillahi rabbil'alamin, dan menggunakan nikmat jabatan itu sebagai sarana mengabdikan diri ke Allah.
Musibah disikapi dengan shabar. Yaitu, menyadari bahwa musibah jabatan dari Allah, mengucap Inna lillahi wa inna Ilaihi raji'un, dan menjadikan mushibah sebagai sarana evaluasi diri, perbaikan diri, dan media pengoptimalan amal shalih.
Jadi, kemenangan dalam perlombaan meraih kekuasaan jangan disikapi dengan hura-hura, sombong, merasa hebat, merendahkan, mencaci, dan menghina yang kalah. Kekalahan pada panggung perebutan jabatan jangan pula disikapi dengan kemarahan, kekecewaan, keluhan, saling menyalahkan, rasa rendah diri, pesimis, iri, dengki, benci, dendam, dan fitnah.
Apapun yang diperoleh, selama itu lebih didominasi kepentingan sementara syahwat, maka semuanya akan musnah tanpa berefek panjang bagi perubahan kehidupan dunia dan akhirat yang lebih cemerlang. Ambisi kekuasaan hanya akan menyisakan bercak-bercak kezhaliman, kemunkaran, dan kesyirikan.
Segala sikap buruk hanya akan mewariskan kejahatan. Sedangkan sikap baik akan meninggalkan keteladanan. Jadilah teladan kebaikan dalam segala hal, karena pemimpin itu sesungguhnya berperan sebagai uswah hasanah.
Saya mengucapkan selamat kepada Djoss yang sudah turut peduli kepada Sumut. Bersama warga Sumut merumuskan visi, misi, dan program kerja untuk Sumut yang lebih bermutu. Djoss telah ambil bagian membangkitkan semangat persatuan, motivasi demokrasi, dan menularkan inspirasi perjuangan. Hingga umumnya rakyat Sumut merasa terpanggil bangkit dan bergerak di lapangan dan menuju TPS menggunakan hak pilihnya tanpa cenderung memandang materi yang akan diperoleh. Kekalahan hari ini tidak menentukan kekalahan masa mendatang. Tetap berjuang, berkorban, dan mengabdi untuk negeri dimana pun dan kapan pun.
Saya mengucapkan selamat kepada Eramas yang sudah mendapatkan doa dan dukungan dari warga Sumut. Para pemuda, orangtua, tokoh, akademisi, dan ulama. Lintas daerah, lintas organisasi, lintas suku, agama, golongan, dan ras.
Saatnya Eramas merangkul semuanya. Seluruh warga Sumut tanpa kecuali, tanpa memisahkan antara satu dengan lainnya. Eramas adalah pemimpin Sumut secara menyeluruh. Eramas milik warga Sumut dimana pun berada.
Waktunya Eramas bersiap penuh menjalankan amanah Allah dan amanah rakyat dengan shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Membangun Sumut menjadi lebih baik dari hari kemarin. Mencerdaskan dan memakmurkan rakyat. Memajukan wilayah Sumut menjadi daerah yang lebih bermartabat.
Masanya rakyat turut berpartisipasi dalam pembangunan Sumut ke depan. Mendukung dan mendoakan eramas agar selalu semangat dengan nilai-nilai kebaikan dalam menjalankan program pembangunan Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang.
Rakyat mesti berkontribusi aktif mengawal, menjaga, dan mengawasi prosesi kerja Eramas agar tetap berada pada koridor yang seharusnya. Pemimpin & rakyatnya bekerja sama dalam pembangunan. "wata'a wanu 'alalbirri wattaqwa, wala ta'awanu 'alal itsmi wal'udwan. "
Dengan begitu insya Allah, Sumut akan bermartabat. Era Mas Sumut akan terwujud. Semoga Allah meridhai dan memberkati Sumut. Amiin.
loading...
0 Response to "Menang- Kalah Pilkada Sumut"
Post a Comment