Apakah Tidur Anak Anda Mendengkur? Kenali Penyebabnya

SUARAMEDAN.com -  Penelitian baru dari Monash University mengungkapkan, kebiasaan mendengkur pada anak-anak tidaklah berbahaya, namun mungkin menimbulkan implikasi kardiovaskular, neurokognitif dan perilaku dalam jangka panjang.

Sekitar 30 persen dari anak-anak mendengkur, dengan anak-anak usia pra-sekolah cenderung lebih terpengaruh daripada anak-anak berusia lebih tua. Sekitar lima persen dari anak-anak akan menderita apnea tidur obstruktif (OSA), kondisi di mana saluran udara saat tidur terhambat sejenak, kadar oksigen dalam darah turun dan tidur pun terganggu.

Sebagian besar orang tua di Australia percaya bahwa dengkuran anak mereka tidak berbahaya dan sesuatu yang akan hilang dengan sendirinya.

Profesor Rosemary Horne dari Monash dan timnya mempelajari 136 anak berusia 7-12 tahun dan 128 anak berusia 3-5 tahun untuk memeriksa konsekuensi mendengkur dan OSA. Anak-anak ini kemudian ditindaklanjuti tiga sampai empat tahun kemudian untuk memeriksa efek pengobatan atau resolusi gejala.

Tim itu menemukan bahwa anak-anak pra-sekolah yang mendengkur memiliki tekanan darah normal dan perkembangan neurokognitif, namun perilaku buruk-nya meningkat. Anak-anak usia sekolah yang lebih tua (7-12 tahun) memiliki:

Ketika mereka ditindaklanjuti, perbaikan apapun dari tingkat keparahan mendengkur atau OSA dikaitkan dengan perbaikan tekanan darah dan perilaku, tapi bukan fungsi kognitif.
Menurut Profesor Horne, temuan yang menyebut bahwa konsekuensi mendengkur lebih parah terjadi pada anak-anak berusia lebih tua menunjukkan bahwa efek jangka panjang dari mendengkur bersifat kumulatif, berdampak pada kesehatan kardiovaskular anak, serta pada perilaku, perkembangan belajar dan kognitif dalam jangka panjang.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa konsentrasi oksigen dalam darah (diukur dengan sensor di jari) sama antara anak-anak yang mendengkur dan yang tidak mendengkur - ini menunjukkan bahwa oksigen rendah bukanlah penjelasan di balik temuan atau metode pengukuran saat ini, hal ini mungkin tak cukup sensitif.

Profesor Horne saat ini menggunakan pemindaian MRI dan pengukuran kadar oksigen langsung non-invasif di otak untuk menentukan apakah ada efek ringan dari kekurangan oksigen yang terjadi pada otak anak-anak yang mendengkur, mempengaruhi tekanan darah dan perilaku.

Profesor Horne mengatakan, penyebab paling umum dari dengkuran di masa kanak-kanak adalah pembesaran amandel dan kelenjar gondok. Lebih dari 50.000 anak Australia memiliki tonsilektomi dan / atau adenoidektomi setiap tahun, banyak di antaranya adalah untuk sleep apnea.

"Hasil kami menunjukkan bahwa mendengkur dan sleep apnea memiliki implikasi penting terhadap kesehatan anak-anak dan orang tua harus mempertimbangkan untuk mendapatkan saran medis tentang perlunya operasi," jelas Profesor Horne.

Materi ini diproduksi oleh Monash University.
Sumber : http://www.australiaplus.com

Tweet

Subscribe to receive free email updates:

loading...