Pembunuhan Satu Keluarga di Medan Ternyata Dendam Lama - Suara Medan | Info Medan Terkini

Pembunuhan Satu Keluarga di Medan Ternyata Dendam Lama


Hasil gambar untuk pembakaran di medan tuntunganSUARAMEDAN.com - Medan.  Diduga MG Otak Pelaku Hutang Piutang Ditebus 4 Nyawa Aksi pembunuhan disertai pembakaran menjadi duka bagi Gandi Ginting (60), suami Marita Beru Sinuhaji. Gandi mengetahui nasib istri, anak dan kedua cucunya tewas terpanggang setelah diberitahu keluarganya. 


“Sudah seminggu saya berada di Binjai ikut bekerja di PLN bagian pemasangan kabel listik. Saya pun tahu tadi setelah ditelpon keluarga, dan saya langsung pulang,” sebut Gandi Ginting sedih. Ginting meyakini kalau keluarganya sengaja dibunuh oleh orang suruhan. Otak pelakunya adalah MG. “Saya menduga pelakunya adalah suruhan MG. Karena sebelumnya dia juga sudah berulang kali menebar ancaman bahkan berulang kali mau membakar rumah saya,” sambungnya. 

Perseteruan keluarga dengan MG terjadi sekira 1,5 tahun lalu. Ketika itu, Gandi mengaku membeli sebidang tanah pertapakan milik MG yang saat ini telah berdiri dua rumah tempat tinggal gandeng, masing-masing dihuni Gandi Ginting dan anaknya Frengky Ginting. Tanah tersebut dibeli dengan harga Rp250 juta. 

Begitu harga disepakati, keluarga Gandi Ginting kemudian menyerahkan uang panjar sebanyak Rp136 juta dengan perjanjian, sisa harga yang telah disepakati akan diserahkan keluarga Gandi Ginting setelah MG menyerahkan surat ganti rugi. Mirisnya, MG ternyata tidak bisa mengeluarkan surat tanah yang dijualnya kepada mereka karena sebagian tanah tersebut adalah milik PJKA. “Karena MG tidak kunjung menyerahkan surat tanah itu kepada kami, maka kami pun tidak mau melunasinya. 

Karena itu sudah perjanjian. Lagian siapa yang mau beli tapak rumah yang tidak ada surat dan tidak jelas asal usulnya,” bebernya. Anehnya, meski tidak mampu membuat surat jual-beli, MG tetap ngotot agar kami melunasi sisa hutang kami itu. Karena kami tidak mau melunasi, mulailah MG meneror keluarga kami karena dendam. Mungkin MG menyuruh orang untuk membinasakan kami, beber korban seraya berharap agar polisi cepat menangkap pelaku dan dalang pembunuh keluarganya. 

Bila telah tertangkap, diberi hukuman mati. Sementara, menurut Linda beru Sembiring (34) warga sekitar Marita beru Sinuhaji dan keluarganya terkenal cukup baik dan ramah kepada warga sekitar tempat tinggalnya. “Setahuku bibik itu jualan di pasar induk Lau Cih. Dan anaknya Frengky kerjanya mocok-mocok. Kalau istri Frengky saya tidak tau. Kalau menurut kabar, dia sudah cerai,” katanya.

Korban Siap-Siap Kondangan Dokter forensik RS Bhayangkara Medan, Prof Dr H Amar Singh SpF (K) DFM mengatakan hasil pemeriksaan sementara ke empat korban meninggal akibat kekurangan oksigen. 

“Korban kebanyakan menghirup asap mengakibatkan sesak nafas dan meninggal,” kata Prof Dr H Amar Singh, Rabu (5/4) siang. Ditanyakan kembali, apakah di tubuh para korban ada ditemukan tanda-tanda bekas penganiayaan. 

“Untuk tanda-tanda bekas penganiayaan tidak ada kita temukan di tubuh korban. Korban meninggal akibat kekurangan oksigen,” terangnya. Kenakan Kebaya Marita Beru Sinuhaji yang ditemukan terpanggang dalam posisi telungkup, tewas mengenakan kebaya warna merah. Keluarga menceritakan, sebelum tewas Marita masih berhubungan dengan keluarga untuk mengikuti pesta keluarga di Desa Rumah Pil Pil Kecamatan Sibolangit. 

“Pagi itu sebelum kejadian, kakak ini sudah mau berangkat ke Rumah Pil Pil ada pesta keluarga di sana. Semua keluarga memang menghadiri pesta karena masih keluarga dekat. Kami terkejut kali, pas di lokasi pesta ada kabar kalau kakak meninggal karena rumahnya terbakar. Kami langsung berangkat. Pas kami lihat, memang betul betul biadap kali yang bakar rumah itu, kakak kami ini meninggal memgenakan kebaya merah saat mau berangkat ke pesta itu, anak kami Prengki dan cucunya saat itu juga sudah bangun pagi itu tapi meninggal semua. 

Betul-betul keji pelakunya, harus dihukum mati kalau ditangkap,” kata Edward Pangabean pariban korban di RS Bayangkara.Periksa 8 saksi Kasus kebakaran yang menewaskan 4 korban masih ditangani serius penyidik satuan reskrim Polrestabes Medan, Rabu (5/4) sore. Kapolrestabes Medan Kombes Pol Sandi Nugroho mengaku tidak bisa berandai-andai dalam kasus ini. Apa sebenarnya penyebab tewasnya 4 korban. “Kita tak bisa berandai-andai. 

Biarkan dulu tim labfor bekerja dan memastikan apa penyebab kebakaran itu. Kita bekerja berdasarkan hasil penyelidikan,” tutur Sandi. Kita ditanyai masalah bukti yang kumpulkan pihak kepolisian di lokasi kebakaran, Sandi terlihat tak mau membeberkan. Dengan singkat, Sandi mengatakan hanya kayu yang terbakar. “Kata siapa ada botol bekas berisi bensin yang ditemukan? 

Kayu yang gosong terbakar ada. Kita tunggulah hasil dari tim labfor,” katanya. Saat ini, Polrestabes Medan mengaku sudah memeriksa 8 saksi terkait kebakaran yang menewaskan 4 orang berkeluarga tersebut. Salah satu yang diperiksa, adalah Gandi Ginting. Gandi satu-satunya penghuni rumah yang selamat. 

Gandi Ginting merupakan suami Martita Sinuhaji ayah dari Prengki serta dua cucunya Selvy dan Kristin. Ditemui di Polrestabes Medan, dia datang ditemani para menantu lelakinya. Saat ditanyai, mantan pensiunan PLN mengatakan hal yang sama. Dia juga menduga kalau istri, anak dan 2 cucunya itu memang sengaja dibunuh orang suruhan terkait kasus jual-beli tanah yang sudah dimenangkannya di pengadilan. Walau jalan sampai dipapah oleh keluarganya, Gandi terlihat kesedihan mendalam terpancar diwajahnya. Ia menyakinkan keluarganya dibunuh. 

“Mayat keluarga saya mau dibawa untuk diupacarakan di Jambur Gotongroyong di kawasan Pancurbatu. Kamo tadi ke-sana ya?” ucapnya, dengan nada lirih dan seakan menahan air matanya. Sampai ke pengadilan Permasalahan rumah yang ditempati keluarga korban, ternyata sampai ke pengadilan. Masalah mulai muncul sampai si penjual melaporkan ke pengadilan. “Itu juga kami ladeni, karena kami tau tidak bersalah, kalau surat-surat tanah itu diberikan pasti dibayar kakak kami ini (korban). Sampai di pengadilan pun, kakak kami ini menang, rumah itu sudah menjadi miliknya. Hanya itulah yang pernah menjadi masalah di keluarga kakak ini,” ungkapnya, kata Hidup Sinuhaji (55). 

Dikatakannya, anaknya Prengky sudah lama bercerai dengan istrinya boru Manalu. “Anak kami Prengki ini sudah lama pisah dengan istrinya, saat anaknya yang paling kecil berumur 4 bulan. Memang sudah ada keluarga berbicara, tapi istri korban tidak mau kembali dengan anak kami,” ucapnya. 

Ia pun sempat mengingat, kondisi sebenarnya mulai ke pengadilan hingga aksi teror. “Tahun 2016 lalu sudah 2 kali rumah kakak kami ini diteror, gagal dan sempat salah sasaran, rumah tetangga menjadi sasarannya. Yang ketiga kalinya pada pertengahan bulan Februari 2017. 

Saat itu kami sedang berkumpul bersama keluarga karena ada anak kami pesta di-gereja. Di situ datang seorang lakilaki mencoba membakar rumah, namun ketahuan anak kami, tapi ga dapat karena pelakunya melarikan diri, tapi di depan rumah ditemukan botol berisi bensin,” jelas Hidup Sinuhaji. Selama ini, korban tidak memiliki musuh. 

“Setahu kami memang dia tidak memiliki musuh, kalau tidak salah harganya Rp236 juta. Dan sudah jadi dibayar, tapi setengah dari harga, sebabnya surat rumah belum diberikan penjualnya yang bernama Jaya Mita br Ginting. Setelah dibeli memang ada masalah sedikit, saat penjual menagih sisannya, kakak kami ini tidak memberikan, karena si penjual belum memberikan surat tanahnya.

Subscribe to receive free email updates:

loading...

0 Response to "Pembunuhan Satu Keluarga di Medan Ternyata Dendam Lama"

Post a Comment